Tangis Seorang Ayah: Kisah Pak Hermawan, Kuli Bangunan yang Kehilangan Gaji dan Harapan

Daftar Isi

 


Duniaberita.co.id — Air mata itu jatuh tanpa bisa dibendung. Pak Hermawan, pria renta berusia 70 tahun, berdiri terpaku di depan Warung Nasi BARU Suryakencana, matanya sembab dan dadanya naik turun, berusaha keras menghirup oksigen yang rasanya kian menipis. Di tangannya, ia menggenggam sepiring nasi dengan erat, seolah tak ingin ada butir pun yang terbuang. Tapi bukan untuk dirinya ia meminta nasi itu dibungkus. Dengan suara lirih penuh harap, ia memohon, “Boleh saya bawa pulang ini? Buat istri dan anak-anak saya di rumah. Mereka juga belum makan.”


Tangis itu pun pecah. Cerita yang sekian lama tertahan di relung hatinya akhirnya terluapkan di sela-sela isakan. Ia bukan menangis karena lapar semata, tapi karena perasaan sebagai kepala keluarga yang gagal memberi makan orang-orang yang dicintainya. Pak Hermawan bercerita bahwa ia sudah berjalan kaki dari Cibinong. Di setiap langkahnya, yang ada dalam pikirannya hanyalah bagaimana caranya membawa pulang makanan atau uang untuk keluarganya yang sedang kelaparan di rumah.


Ia bekerja sebagai kuli bangunan di kawasan Cibinong. Namun gaji yang seharusnya ia terima, gaji yang sudah ia peras dari keringat dan tenaga di usia senjanya, justru dibawa kabur oleh sang mandor. Tak ada jejak, tak ada kabar. Yang tertinggal hanya janji kosong dan perut-perut yang semakin menjerit kelaparan.


Sejak kemarin, Pak Hermawan sendiri belum makan. Namun ia tak mementingkan dirinya. Ia memilih menahan lapar, demi menyisakan apa pun yang mungkin bisa diberikan kepada istri dan anak-anaknya. Ia berjalan puluhan kilometer, bukan mencari belas kasihan, tapi mencari keadilan—mencari haknya yang telah dirampas.


Kisah Pak Hermawan menyentuh banyak hati yang menyaksikan. Di balik sosok tuanya yang renta, tersimpan kekuatan dan cinta seorang kepala keluarga yang rela berkorban segalanya. Ia adalah potret nyata dari masih banyaknya pekerja informal yang tak mendapatkan perlindungan layak, yang hak-haknya bisa lenyap begitu saja tanpa ada pihak yang bertanggung jawab.

Posting Komentar